(Reblog from http://bugiskha.wordpress.com/2012/04/30/pendidikan-pada-masa-remaja/)
Setiap manusia
mengalami fase-fase tertentu dalam hidupnya, seperti pada masa bayi,
fase anak-anak, fase remaja, fase dewasa, dan fase lanjut usia.
Namun, yang sering mengalami pencarian makna hidup berada pada fase
remaja. Pada suatu periode dalam masa perkembangan yang merupakan
fokus yang menarik untuk dikaji adalah remaja. Sebab pada masa ini,
individu remaja mengalami masa penyesuaian diri dengan lingkungan
yang ada disekitarnya, khususnya dengan tatanan norma, nilai, adat,
dan etika yang berlaku di masyarakat. Masa remaja merupakan masa
penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Masa remaja termasuk juga masa yang indah dan terkadang kita
mendengar slogan “Indahnya
Masa Remaja”,
tapi jangan lupa masa ini juga merupakan masa yang menentukan, di
mana anak banyak mengalami perubahan fisik dan psikis.
Pada masa
perkembangan ini, remaja mulai menuntut untuk diberi kesempatan
mengemukakan pendapatnya sendiri, suka mencetuskan perasaannya, jika
dianggap perlu remaja tersebut memberontak karena dia merasa bahwa
dirinya bukan anak-anak lagi, dan mengapa belum diakui kedewasaannya
hingga mengakibatkan kegelisahan di dalam dirinya, kurang tenang
dengan keadaan lingkungan.
Biasanya remaja memiliki yang dikaguminya,
namun sikapnya tidak selalu negatif. Remaja juga sangat tertarik
kepada kelompok sebaya, mencari perhatian di dalam lingkungannya,
emosi yang meluap-luap, serta pertumbuhan fisik mengalami perubahan
yang pesat. Di sisi lain, kehidupan remaja sangat kompleks dengan
berbagai kreatifitas dan keinginan untuk mencoba segala yang ada di
sekitarnya, baik dalam bidang pergaulan maupun intelektual. Olehnya
itu dibutuhkan suatu wadah agar bakat, minat serta keinginan
berprestasi dapat diwujudkan.
Pendidikan yang
merupakan usaha sadar dan dilakukan oleh orang dewasa (pendidik)
dengan berencana, terprogram dan terkendali untuk menyiapkan individu
melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan bagi peranannya di
masa yang akan datang. Dengan pendidikan itulah, individu
remaja mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya melalui
alat atau media pendidikan hingga peserta didik (remaja)
mampu menemukan aktivitasnya sendiri serta dapat mengalami perubahan
positif dalam aspek kepribadiannya yang menyangkut tri
domain
yaitu, perubahan
kognitif, afektif, dan psikomotor.
1. Lingkungan
Pendidikan di Keluarga
Keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak dan
remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau
pembentukan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu
pengetahuan. Dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga
bersifat indiviual yang sesuai dengan pandangan hidup pada
masing-masing keluarga, sekalipun secara nasional bagi
keluarga-keluarga bangsa indonesia memiliki dasar yang sama, yaitu
Pancasila. Ada keluarga yang dalam mendidik anaknya mendasarkan pada
kaidah-kaidah agama dan menekankan proses pendidikan pada pendidikan
agama dengan tujuan untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang
saleh dan senantiasa takwa dan iman kepada Tuhan Yang maha Esa. Ada
pula keluarga yang dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikannya
berorientasi kepada kehidupan sosial ekonomi kemasyarakatan dengan
tujuan untuk menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang produktif dan
bermanfaat dalam kehidupan bemasyarakat.
Anak dan remaja di
dalam keluarga berkedudukan sebagai anak didik dan orang tua sebagai
pendidiknya. Secara garis besar corak dan pola pada penyelenggaraan
pendidikan keluarga dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu;
pendidikan otoriter, pendidikan demokratis, dan pendidikan liberal.
Berkaitan dengan itu, pendidikan yang bercorak otoriter memberikan
kesan di mana anak-anak senantiasa harus mengikuti apa yang telah
digariskan oleh orang tuanya, sedang pada pendidikan yang bercorak
liberal, anak-anak lebih cenderung diberikan kebebasan oleh orang
tuanya untuk menentukan tujuan dan cita-citanya. Dari beberapa pola
pendidikan itu, diketahui bahwa kebanyakan keluarga di Indonesia
mengikuti corak pendidikan yang demokratis. Selanjutnya, makna
pendidikan yang demokratis itu oleh Ki Hadjar Dewantara dinyatakan
bahwa penyelenggaraan pendidikan itu hendaknya ing
ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,
yang artinya : di depan memberi contoh, di tengah membimbing, dan di
belakang memberi semangat.
2. Lingkungan
Pendidikan di Masyarakat
masyarakat merupakan
lingkungan alami kedua yang dikenal anak-anak. Anak remaja telah
banyak mengenal karakteristik masyarakat dengan berbagai norma dan
keragamannya. Kondisi masyarakat amat beragam, tentu banyak hal yang
harus diperhatikan dan diikuti oleh anggota masyarakat, dan dengan
demikian para remaja perlu memahami hal itu. Sehubungan dengan
itu, maka tidak jarang para remaja memiliki perbedaan pandangan
dengan para orang tua, sehingga norma dan perilaku remaja dianggap
tidak sesuai dengan norma masyarakat yang sedang berlaku. Hal ini
tentu saja akan berdampak pada pembentukan pribadi remaja. Perbedaan
ini dapat mendorong para remaja untuk membentuk kelompok-kelompok
sebaya yang memiliki kesamaan pandangan.
Di balik itu di
dalam masyarakat terdapat tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh kuat
terhadap pola hidup masyarakatnya. Namun hal itu terkadang tidak
mampu mempengaruhi kehidupan remaja, akibatnya para remaja
kadang-kadang melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
ketentuan masyarakat, atau para remaja dengan sengaja menghindar dari
aturan dan ketentuan masyarakat.
Dalam menjalankan
fungsi pendidikan, masyarakat banyak membentuk atau mendirikan
kelompok-kelompok atau paguyuban-paguyuban atau kursus-kursus yang
secara sengaja disediakan untuk anak remaja dalam upaya mempersiapkan
hidupnya dikemudian hari. Kursus-kursus yang dimaksud pada umumnya
berorientasi kepada dunia kerja. Namun, banyak kelompok
kegiatan atau kursus-kursus yang dibangun masyarakat tersebut kurang
menarik perhatian remaja; oleh para remaja apa yang disediakan itu
dinilainya tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Kondisi semacam
itu banyak merangsang pemikiran remaja yang responnya belum tentu
positif. Banyak kelompok remaja yang membayangkan masa depannya suram
dan mereka membentuk kelompok yang diberi nama “Madesu”
.
3. Lingkungan
Pendidikan di Sekolah
Sekolah merupakan
lingkungan artifisial yang sengaja diciptakan untuk membina anak-anak
ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk memberikan kemampuan dan
keterampilan sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Bagi para
remaja pendidikan jalur sekolah yang diikutinya adalah jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Di mata remaja sekolah
dipandang sebagai lembaga yang cukup berpengaruh terhadap
terbentuknya konsep yang berkenaan dengan nasib mereka di masa
mendatang. Mereka menyadari jika prestasi atau hasil yang dicapaidi
sekolah itu baik, maka hal itu akan membuka kemungkinan hidupnya di
kemudian hari menjadi cerah, tetapi sebaliknya apabila prestasi yang
dicapainya kurang baik, maka hal itu dapat berakibat pada gelapnya
masa depan mereka.
Kegagalan sekolah bagi remaja dipandang sebagai
awal dari kegagalan hidupnya. Dengan demikian, sekolah dipandang
banyak mempengaruhi kehidupannya. Oleh karena itu, remaja telah
memikirkan benar-benar dalam memilih dan mendapatkan sekolah yang
diperkirakan mampu memberikan peluang baik baginya dikemudian hari.
Pandangan ini didasari oleh berbagai faktor, seperti faktor ekonomi,
sosial, dan harga diri (status dalam masyarakat). Akan tetapi, dalam
menentukan pilihan sekolah masih banyak terjadi campur tangan
orang tua yang terlalu besar. Hal itu sering membawa akibat kegagalan
dalam pendidikan sekolah karena anak terpaksa mengikuti pelajaran
yang tidak sesuai dengan pilihan dan minatnya.
Dunia pendidikan,
baik jalur sekolah maupun jalur luar sekolah, menyediakan berbagai
jenis program yang diperkirakan relevan dengan kebutuhan jenis tenaga
kerja di masyarakat. Untuk menetapkan pilihan jenis pendidikan dan
pekerjaan yang diidamkan banyak faktor yang harus dipertimbangkan
yang meliputi :
Faktor prediksi
masa depan.
Faktor prestasi
yang menggambarkan bakat dan minat remaja.
Faktor kehidupan
yang dapat diamati dari kondisi beragamnya lapangan kerja di
masyarakat.
Kemampuan daya
saing setiap individu.
C. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Pendidikan Pada Masa Remaja
a. Faktor Sosial
Ekonomi
Kondisi sosial
ekonomi keluarga banyak menentukan perkembangan kehidupan pendidikan
dan karier anak. Kondisi sosial yang menggambarkan status orang tua
merupakan faktor yang “dilihat” oleh anak untuk menentukan
pilihan sekolah dan pekerjaan. Secara tidak langsung keberhasilan
orang tua merupakan “beban” bagi anak, sehingga dalam menentukan
pilihan pendidikan tersirat untuk ikut mempertahankan kedudukan orang
tua. Di samping itu, secara eksplisit orang tua menyampaikan harapan
hidup anaknya yang tercermin pada dorongan untuk memilih jenis
sekolah atau pendidikan yang diidamkan oleh orang tua.
Faktor ekonomi
mencakup kemampuan ekonomi orang tua dan kondisi ekonomi negara
(masyarakat). Yang pertama merupakan kondisi utama karena menyangkut
kemampuan orang tua dalam membiayai pendidikan anaknya. Banyak anak
berkemampuan intelektual tinggi tidak dapat menikmati pendidikan yang
baik disebabkan oleh keterbatasan kemampuan ekonomi orang tuanya.
b. Faktor
Lingkungan
Pengaruh dari faktor
lingkungan ini meliputi tiga macam. Pertama, lingkungan kehidupan
masyarakat, seperti lingkungan masyarakat perindustrian, pertanian,
atau lingkungan perdagangan. Dikenal pula lingkungan masyarakat
akademik atau lingkungan di mana para anggota masyarakatnya pada
umumnya terpelajar atau terdidik. Lingkungan kehidupan semacam itu
akan membentuk sikap anak dalam menentukan pola kehidupan yang pada
gilirannya akan mempengaruhi pemikiran remaja dalam menentukan jenis
pendidikan dan karier yang diidamkan.
Kedua, lingkungan
kehidupan rumah tangga di mana kondisi sekolah merupakan lingkungan
yang langsung berpengaruh terhadap kehidupan pendidikan dan cita-cita
karier remaja. Lembaga pendidikan atau sekolah yang baik mutunya,
yang memelihara kedisiplinan cukup tinggi akan sangat berpengaruh
terhadap pembentukan sikap dan perilaku kehidupan pendidikan anak dan
pola pikirnya dalam menghadapi karier.
Ketiga, lingkungan
teman sebaya. Bahwa pergaulan teman sebaya akan memberikan pengaruh
langsung terhadap kehidupan pendidikan masing-masing remaja.
Lingkungan teman sebaya akan memberikan peluang bagi remaja
(laki-laki atau wanita) untuk menjadi lebih matang. Di dalam kelompok
sebaya seorang gadis berkesempatan untuk menjadi seorang wanita dan
perjaka untuk menjadi seorang laki-laki serta belajar mandiri sesuai
dengan kodratnya.
c. Faktor
Pandangan Hidup
Pandangan hidup
merupakan bagian yang terbentuk dari lingkungan. Pengejawantahan
pandangan hidup tampak pada pendirian seseorang, terutama dalam
menyatakan cita-cita hidup bagi remaja. Dalam memilih lembaga
pendidikan, seorang individu dipengaruhi oleh kondisi keluarga yang
melatarbelakangi. Remaja yang berasal dari kalangan keluarga kurang,
umumnya bercita-cita untuk di kemudian hari menjadi orang yang
berkecukupan (kaya), dan dengan demikian dalam memilih jenis
pendidikan berorientasi kepada jenis pendidikan yang dapat
mendatangkan banyak uang, misalnya; kedokteran, ekonomi, dan ahli
teknik.
Kesimpulan
Dari pembahasan
terhadap pokok permasalahan di atas, maka dapat kami
simpulkan beberapa hal diantaranya adalah :
Bahwa masa
remaja merupakan masa yang sangat menentukan, di mana anak
banyak mengalami perubahan fisik dan psikis,
mereka menuntut untuk diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya
sendiri, suka mencetuskan perasaannya, dan pengakuan terhadap
kedewasaannya hingga mengakibatkan kegelisahan di dalam dirinya,
kurang tenang dengan keadaan lingkungan. Remaja juga sangat tertarik
kepada kelompok sebaya, mencari perhatian di dalam lingkungannya,
emosi yang meluap-luap, serta pertumbuhan fisik mengalami perubahan
yang pesat.
Bahwa pendidikan
harus diberikan dan difungsikan secara maksimal dalam
rangka memberikan keterampilan dan menitikberatkan
pada pewarisan budaya, norma dan nilai.
Sekolah sebagai
salah satu instrument pendidikan harus sekurang-kurangnya
terdapat berbagai fungsi pada “personal” dan “interpersonal”,
di mana sekolah adalah sebuah tempat yang menggambarkan sebuah
konteks interaksi sosial dan mengembangkan kebersamaan.
Ada tiga jenis
lingkungan pendidikan yang berpengaruh terhadap remaja
dan harus dijalankan sesuai dengan fungsinya masing-masing
yakni lingkungan pendidikan dimasyarakat, lingkungan pendidikan di
sekolah dan lingkungan pendidikan keluarga.